Demo Anti-Imigran di Belanda Ricuh, 30 Ditahan dan 2 Polisi Terluka

Sedikitnya 30 orang ditangkap dalam kericuhan saat demo anti-imigran di Den Haag, Belanda

21 September 2025

Sedikitnya 30 orang ditangkap dalam kericuhan saat demo anti-imigran di Den Haag, Belanda, yang menyebabkan dua petugas polisi terluka, demikian menurut keterangan wali kota, kepala kepolisian dan kejaksaan setempat.

Polisi Belanda mengerahkan meriam air untuk membubarkan demonstran anti-imigrasi di Den Haag setelah beberapa pengunjuk rasa mulai melemparkan botol dan batu ke arah petugas polisi.

“Kami menghadapi ledakan kekerasan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Demonstrasi damai terpaksa dibubarkan karena keamanan para peserta tidak lagi dapat dijamin,” kata Wali Kota Den Haag Jan van Zanen seperti dikutip surat kabar Algemeen Dagblad dan dilansir Antara.

Menurut wali kota kelompok perusuh datang dari berbagai wilayah di Belanda. Mereka menyerang polisi, kuda polisi, hingga jurnalis.

Kepala Kepolisian Den Haag Karin Krukkert menegaskan bahwa sekitar 30 orang ditangkap akibat kerusuhan tersebut, sebagian besar karena tindak kekerasan terhadap aparat.

Sebagian masih ditahan, sementara lainnya sudah dibebaskan, namun kemungkinan penangkapan tambahan masih ada. Krukkert menambahkan, dua polisi yang terluka sudah dalam kondisi membaik.

Kerusuhan pecah pada Sabtu saat digelar aksi menentang kebijakan imigrasi pemerintah Belanda. Unjuk rasa itu berujung bentrokan dengan polisi dan meluas ke berbagai wilayah kota.

Jelang Pemilu

Diadakan sekitar sebulan sebelum pemilu nasional seperti dilansir Al Jazeera, demonstrasi tersebut diorganisir oleh aktivis sayap kanan Els Rechts, yang berkampanye menentang pencari suaka dan memperjuangkan kebijakan perumahan yang lebih adil di Belanda.

Para pengunjuk rasa membakar sebuah mobil polisi serta melempari aparat dengan batu. Untuk membubarkan massa, polisi menggunakan meriam air.

Meskipun aksi dibubarkan, sejumlah kelompok dengan sikap agresif tetap bertahan di sekitar stasiun dan terus memprovokasi aparat. Polisi yang dilengkapi pentungan kemudian melakukan pengejaran dan penangkapan.

Menurut media Belanda, ribuan orang bergabung dalam protes tersebut, yang juga menyaksikan setidaknya satu mobil polisi dibakar.

Selain itu, para perusuh memecahkan kaca jendela lantai dasar kantor pusat Partai Demokrat 66 (D66) dan membakar tempat sampah di pintu masuk.

Saksi mata menyebut sekelompok orang yang berkumpul di kantor partai tersebut meneriakkan tuntutan agar pusat-pusat penampungan pengungsi di Belanda ditutup.

Perdana Menteri Belanda Dick Schoof mengecam aksi kekerasan terhadap polisi serta vandalisme yang menimpa kantor Partai D66. Ia menyatakan tindakan itu tidak dapat diterima.

Pemimpin Partai Kebebasan (PVV) sayap kanan ekstrem, Geert Wilders, juga diundang ke protes oleh Rechts tetapi memilih untuk tidak hadir, ujarnya dalam sebuah unggahan di X.

Ia mengutuk kekerasan tersebut, dengan mengatakan, “Memblokir jalan raya dan menggunakan kekerasan terhadap polisi sama sekali tidak dapat diterima.”

Para pemilih Belanda akan menuju tempat pemungutan suara pada 29 Oktober dalam pemilihan dadakan yang dipicu oleh runtuhnya koalisi pemerintahan sayap kanan secara dramatis.

Pada Juni, Wilders mengumumkan penarikan partainya dari pemerintahan koalisi sayap kanan Belanda yang baru berusia 11 bulan, dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Dick Schoof.

Wilders mengatakan tiga partai lain dalam koalisi tersebut gagal mendukung rencananya untuk memberantas suaka bagi pengungsi.

Sumber